Sabtu, 14 Desember 2013

Makalah Potret Pasar Tradisional di Tengah Perkotaan


MAKALAH POTRET PASAR TRADISIONAL DI TENGAH PERKOTAAN
 

BAB I
PENDAHULUAN

Pasar adalah tempat berlangsungnya jual beli barang ataupun jasa untuk semua kalangan masyarakat, Pasar juga merupakan salah satu fasilitas perbelanjaan yang selama ini sudah menyatu dan memiliki tempat penting dalam kehidupan masyarakat. Bagi masyarakat, pasar bukan sekedar tempat bertemunya penjual dan pembeli. Pasar juga wadah interaksi sosial dan representasi nilai-nilai tradisional, oleh karena itu peranan pasar sangat penting di dalam membangun perekonomian masyarakat atau warga di suatu negara. Pasar dapat di klasifikasikan atau dikategorikan menjadi dua, yaitu : Pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli ditandai dengan adanya transaksi langsung antara penjual dan pembeli dan biasanya terdapat proses tawar-menawar, ciri khas dari pasar tradisional adalah tempat untuk berjualan terdapat di ruang terbuka atau berupa gerai dan kios saja yang terdiri dari berbagai macam pedagang. Sedangkan pasar modern tidak jauh beda dengan pasar tradisional, akan tetapi tidak ada interaksi secara langsung, serta tempatnya lebih nyaman dan modern, kita juga dilayani oleh pelayan/pramuniaga. Banyak terdapat pasar tradisional merupakan ciri-ciri negara berkembang, termasuk di dalamnya adalah Indonesia, karena hampir di seluruh kota di Indonesia terdapat pasar tradisional.
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, perekonomian pun ikut berkembang, budaya asli Indonesia juga sudah mulai bergeser mengikuti perkembangan zaman, diantaranya adalah banyak terdapat pasar-pasar modern di perkotaan. Hal ini disebut-sebut merupakan ancaman terhadap pasar-pasar tradisional yang sudah lebih dulu ada. Banyak cara-cara tradisional yang mulai ditinggalkan diganti dengan cara yang lebih modern dan praktis, termasuk dalam hal jual beli di pasar. Masyarakat perkotaan mulai berubah dalam hal jual beli ke tempat yang lebih nyaman dan praktis, pasar tradisional mulai terkikis oleh supermarket dan minimarket-minimarket yang menjamur bak jamur yang tumbuh di musim hujan. Jumlah penduduk bertambah, otomatis daya beli masyarakat juga bertambah, akan tetapi masyarakat perkotaan sekarang lebih suka berbelanja di pasar-pasar modern, karena dianggap lebih praktis dan lebih mengikuti tren yang ada. Banyak pertanyaan dari berbagai pihak, bagaimana eksistensi pasar tradisional di tengah kerumunan pasar modern yang mulai mengepung dari berbagai arah, apakah pasar tradisional masih mampu dan cocok untuk diterapkan di Indonesia yang sejatinya merupakan negara berkembang, ataukah pasar tradisional sudah tidak cocok lagi ditengah arus globalisasi yang sedang terjadi di negara ini?, sebagian orang berpendapat pasar modern merupakan sebuah alternative di kehidupan yang sekarang ini, namun ada juga yang mengatakan pasar modern merupakan sebuah ancaman bagi perekonomian masyarakat, dalam hal ini pasar tradisional, karena pasar tradisional sudah lebih dulu ada dan membudaya di kalangan masyarakat setempat. Dari pendapat dua pendapat diatas memang tidak bisa disatukan, itu merupakan pendapat orang semata dan semua itu relative. Semua tergantung kepada kita, baik produsen (penjual) dan juga konsumen (pembeli), kita yang akan menentukan apakah pasar tradisional masih dapat mampu bertahan di masa sekarang ini. Oleh karena itu dalam makalah ini saya akan mencari tahu, menganalisa dan menjelaskan tentang potret pasar tradisional di tengah perkotaan, mampu atau tidak pasar tradisional menghadapi kemajuan-kemajuan yang ada, jawabannya adalah ada pada masyarakat dan pemerintah, yang akan melakukan transaksi jual beli dan yang membuat kebijakan perekonomian.













BAB II
RUMUSAN MASALAH

1.      Mampukah potret pasar tradisional di tengah perkotaan?
2.      Bagaimana kondisi pasar tradisional dan pasar modern saat ini?
3.      Bagaimana nasib pasar tradisional setelah berkembangnya pasar modern?
4.      Apakah faktor yang menyebabkan orang berbelanja di pasar tradisional?
Saya mengambil rumusan masalah ini karena pasar tradisional yang mulai kurang diminati di daerah perkotaan dan telah berkembang pesatnya pasar modern di Indonesia. Sehingga seakan-akan pasar tradisional telah dilupakan oleh sebagian masyarakat. Juga untuk mengetahui apakah pasar tradisional ini masih dilirik atau tidak di kalangan masyarakat sekarang. Karena sedang berkembang juga pasar modern yang menjadi pesaing bagi pasar tradisional.


BAB III
TUJUAN


1.      Untuk memenuhi tugas mata perkuliahan introducing economic
2.      Untuk mengetahui keadaan pasar tradisional yang sebenarnya
3.      Menganalisis bagaimana keadaan ekonomi yang ada di pasar tradisional
4.      Untuk membuktikan teori yang dipelajari dengan keadaan nyata di lapangan.



                                                                    BAB IV
PEMBAHASAN

Saya melakukan survey pasar di kota Purwokerto yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Banyumas, walaupun sangat banyak terdapat pasar tradisional di kota Purwokerto saya melakukan survey di dua tempat, yaitu pasar manis Purwokerto yang beralamat di jalan Kedungwuluh, Purwokerto Barat (Jl. Gatot Subroto) dan dipasar Sokaraja yang beralamat di sokaraja. Kedua pasar itu merupakan pasar yang sudah lama berdiri di kota Purwokerto walaupun masih banyak pasar lain yang usianya lebih tua. Pasar tradisional di kota Purwokerto hampir semuanya ramai, aktifitas pasar dimulai saat pagi buta dan berakhir pada malam hari, para pedagang sudah mulai sibuk menawarkan barang dagangannya dari mulai sayuran, buah-buahan, sembako, makanan ringan sampai pakaian pun dapat ditemukan di pasar tradisional ini. Para pembeli pun juga sibuk mencari barang yang dibutuhkannya untuk dibeli, serta sibuk menawar kepada pedagang. Dari sini bisa kita lihat bahwa pasar tradisional bukan hanya tempat untuk sekedar berjualan saja akan tetapi tempat terjadinya interaksi sosial. Saya mencari pedagang untuk melakukan survey tentang potret pasar tradisional di tengah perkotaan, saya bertanya ke beberapa pedagang tentang lamanya pengalaman mereka telah bergelut di usahanya dan berjualan di pasar tradisinal, dari data yang saya dapatkan rata-rata pedagang sudah berjualan lebih dari 7 tahun di pasar tradisional, dan selama itu mereka hanya menggeluti apa yang dijualnya sampai sekarang, mereka tidak merubah dagangannya, ini menunjukan bahwa para pedagang jika sudah menggeluti suatu bidang maka akan terus menerus menekuninya sampai benar-benar ahli. Di dalam berjualan pasti para pedagang membutuhkan modal usaha, dari data yang saya kumpulkan para pedagang di pasar tradisional berjualan dengan modal sendiri ada juga yang menggunakan bantuan dari pihak bank, pedagang yang menggunakan modal sendiri itu biasanya yang perptaran modalnya cepat contohnya pedagang sayuran, pedagang daging dan pedagang buah dan total dari jualannya sekitar 3-4 juta rupiah, sedangkan pedagang yang menggunakan pinjaman modal dari pihak bank biasanya adalah pedagang yang balik modalnya memerlukan waktu yang lumayan lama, contohnya pedagang sembako dan pedagang baju. Kebanyakan dari para pedagang masih banyak yang menganut pemahaman/pola pikir/mindset yang menurut saya kurang cocok di zaman sekarang ini, ada ungkapan seperti ini “Setiap hari bias lancar dan gapunya hutang sudah syukur, yang penting bisa mengembalikan modal”, menurut perspektif saya hal ini kurang pas karena mereka tidak menghitung berapa modal awal, omset, dan laba dari usaha mereka, kenapa menurut saya harus dihitung?, karena dalam kita melakukan usaha kita harus mengatur dan merencanakan semua hal yang akan kita lakukan dalam mengembangkan usaha kita, termasuk di dalamnya adalah melakukan perhitungan pendapatan, dari mulai omset sampai keuntungan/laba yang kita dapatkan dari usaha yang kita jalankan, dari sana lah kita bisa tau sehat atau tidak usaha yang sedang dijalankan, apabila omset menurun maka kita akan bisa mengevaluasi dan melakukan yang terbaik untuk kedepannya agar usaha bisa tetap berjalan dengan menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Dalam berjualan pasti ada yang namanya persaingan, itu merupakan hal yang biasa di kalangan para pedagang di pasar tradisional, saat ditanya bagaimana menyikapi para pesaing yang berjualan sejenis dengan apa yang dijual mereka menjawab setiap pedagang sudah ada pelanggan sendiri, jadi tidak perlu khawatir, jika mereka menurunkan harga dibawah harga pasaran maka akan tetap pada harga yang ditentukannya di awal tidak mengikuti pesaing yang melakukan banting harga. Mereka biasanya mengambil keuntungan antara rentang 1 sampai 5 persen, mereka tidak mengambil keuntunan terlalu banyak agar barang yang dijualnya cepat laku dan balik modal. Para pembeli/konsumen yang berbelanja di pasar tradisional biasanya langsung untuk konsumsi sendiri tidak untuk dijual kembali, ada juga rumah makan yang berbelanja sayuran dan bumbu-bumbu di pasar tradisional. Akan tetapi kebanyakan yang berbelanja di pasar tradisional adalah konsumen tingkat akhir, yang langsung dikonsumsi untuk sendiri/pribadi.
Akhir-akhir ini di wilayah kabupaten Banyumas sedang gencarnya tentang renovasi dan relokasi pasar tradisional, saya juga sempat menanyakan kepada para pedagang tentang pendapat mereka terhadap renovasi dan relokasi pasar. Pasar yang saya datangi kebetulan sedang dilakukan renovasi terutama di pasar sokaraja, para pedagang dipindah tempatnya untuk sementara waktu, tidak ada tempat yang disediakan khusus oleh pemerintah untuk para pedagang berjualan seperti biasa, oleh karena itu para pedagang ada yang menyewa kios kosong di dekat pasar ada juga yang membuat kios sementara di pinggir pasar yang sedang direnovasi. Sedangkan keadaan di pasar manis belum di renovasi akan tetapi ada rencana perluasan pasar tersebut, keinginan dari para pedagang adalah tidak ingin pasar tradisional di tingkat dan ingin tetap seperti semula tempat jualannya, tidak ada pemindahan tempat berjualan. Dari sini bisa saya simpulkan mengenai renovasi dan relokasi pasar tradisional, para pedagang hanya ingin tempat jualannya seperti sedia kala itu karena mereka sudah terbiasa di tempat tersebut dan juga sudah mempunyai pelanggan yang tetap, mereka juga tidak ingin pasarnya di bangun lantai dua, itu disebabkan karena untuk naik ke lantai dua dibutuhkan tenaga ekstra, sedangkan kebanyakan yang berbelanja di pasar tradisional adalah para orang tua yang sudah berumur jadi akan sulit untuk naik turun tangga. Dampak yang mungkin terjadi adalah penurunan pendapatan dari para pedagang pasar jika mereka berjualan di lantai atas, itu bisa sangat merugikan para pedagang, dan menurut pendapat saya pasar tradisional tetaplah pasar tradisional dan upaya untuk meniru seperti pasar modern di pasar tradisional sepertinya belum cocok untuk diterapkan di kebanyakan pasar tradisional.
Bicara soal ekonomi pasti ada yang namanya hukum permintaan dan hukum penawaran, pada saat mewawancarai pedagang sayur saya bertanya bagaimana bila stok sayuran menipis atau harganya naik drastis?, jawabannya adalah jika barang naik maka permintaan akan menurun dari para pembeli dan juga jika stok habis biasanya banyak yang mencari barang tersebut, dari sini bisa kita kaitkan dengan materi ekonomi yaitu hukum permintaan dan hukum penawaran, hukum permintaan adalah " apabila harga naik maka jumlah barang yang diminta akan mengalami penurunan, dan apabila harga turun maka jumlah barang yang diminta akan mengalami kenaikan ", hukum permintaan ini seperti contoh diatas tentang harga barang yang naik, maka akan mengalami penurunan dari sisi penjualan barang tersebut. Serta hukum penawaran yang berbunyi " bila harga tingkat mengalami kenaikan maka jumlah barang yang ditawarkan akan naik,dan bila tingkat harga turun maka jumlah barang yang ditawarkan akan turun ".









BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Demikianlah ringkasan dari wawancara saya dengan para pedagang di pasar tradisional, dari semuanya yang dapat saya simpulkan adalah pasar tradisional untuk saat ini masih mampu bertahan di tengah perkotaan. Walaupun terdapat banyak pesaing dari pasar-pasar modern, pasar tradisional masih digemari oleh para ibu rumah tangga selain harganya bisa ditawar barang yang tersedia juga banyak variasinya. Keadaan ini diharapkan bisa terus berjalan sebagai mana mestinya, mengingat jumlah pasar tradisional di Indonesia sangat banyak yang berjumlah kurang lebih 6700 pasar tradisional dan mungkin terbanyak di dunia, peran pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menjaga kelestarian pasar tradisional ini, jangan sampai kita mengorbankan pusat perekonomian bagi para masyarakat menengah kebawah. Di masa globalisasi ini bangsa kita sedang dijajah oleh produk-produk luar negeri yang mulai masuk ke Indonesia seperti contohnya berupa pusat perbelanjaaan modern yang berasal dari luar. Perekonomian di Indonesia akan maju bila perputaran uang di pasar lancar, terutama di sektor usaha kecil milik masyarakat. Yang perlu diperhatikan agar pasar tradisional bisa terus bertahan adalah peran pemerintah dalam membuat pasar tradisional bisa diminati masyarakat pada umumnya, seperti perbaikan pada pasar itu sendiri, pasar ditata ulang agar lebih menarik dan rapi, ini bertujuan agar para konsumen nyaman untuk berbelanja di pasar tradisional. Dengan demikian diharapkan pasar tradisional bisa menunjukkan eksistensinya, tidak kalah dengan pasar-pasar modern yang ada.


0 komentar:

Posting Komentar