Kamis, 21 Februari 2013

Menjadi Seperti Yang Kita Inginkan


Menjadi Seperti Yang Kita Inginkan
Coba perhatikan sekitar Anda di kantor, adakah orang yang gemar mengeluh? Keluhannya bervariasi, mulai dari mengeluh tentang kinerja pemerintahan yang dianggapnya tidak memihak rakyat kecil, hingga tentang fasilitas kantor yang dirasa minim. Dia merasa tidak ada satu pun orang atau situasi yang mampu memuaskannya. Hati dan pikirannya seakan-akan tengah menjalankan misi untuk mengkritisi atau bahkan memperbaiki kekacauan yang tengah terjadi di muka bumi ini.
Kalau diperhatikan lagi dengan lebih seksama, jenis orang seperti ini umumnya memiliki sikap pemurung dan pesimistis. Mereka mudah dikenali, tidak hanya dari kata-katanya yang dipilih saat berbicara (negatif), tetapi juga dari mimik mukanya yang redup. Satu hal lagi, dia akan nyaman berkumpul dengan orang-orang yang punya sikap dan kebiasaan yang sama. Seperti kata pepatah - yang juga sejalan dengan hukum psikologi - bahwa "kambing akan berkumpul dengan kambing lagi". Mereka biasanya berkerumun di lorong kantor, di kantin, di dapur dan di tempat-tempat tersembunyi lainnya.
Tak seorang pun yang ingin berdekatan dengan orang yang pemurung dan pesimistis. Kita semua mencari, menyukai, dan mengagumi orang-orang yang memiliki pandangan dan wawasan yang positif dan optimistis terhadap kehidupan. Mengapa? Karena itulah yang sesungguhnya kita butuhkan. Melihat semangat yang positif seperti ini pada diri orang lain menyebabkan kita semakin menyukai mereka.
Cobalah ingat tentang seseorang dalam hidup Anda yang Anda tidak dapat berdekatan dengannya. Dalam berbagai kesempatan ia selalu mengeluh tentang sesuatu, selalu jengkel dengan seseorang, selalu menyalahkan segala sesuatu, termasuk mengeluhkan karirnya yang tidak pernah beranjak. Dia tidak menyadari kalau kebiasaannya mengeluh adalah penyebab utamanya. Anda mungkin juga pernah mendengar sebuah cerita inspirasi (Motivasi) yang menggambarkan seorang sosok yang positif dan selalu bersikap optimis.
Ceritanya seperti ini: Seorang Ibu terapung-apung di tengah lautan karena kapal yang ditumpanginya tenggelam. Tidak seperti yang lainnya, Ibu ini selalu tersenyum dengan ekspresi muka yang gembira. Orang disampingnya yang bergelayut di sebatang kayu yang sama, dengan heran bertanya; "Bu, kok kelihatannya senang, bukankah saat ini kita tengah mempertaruhkan nyawa kita ?"
Dengan santai Ibu itu menjawab; "Bagaimana tidak senang, saat ini aku dihadapkan pada dua kemungkinan. Kedua kemungkinan itu sama-sama menguntungkan buatku."
Merasa jawaban Ibu itu tidak memuaskan, orang yang disampingnya terus mendesak; "Maksud Ibu apa ya ?" "Begini, kalau aku selamat itu artinya aku akan berjumpa dengan anak-anakku di daratan sana. Kalau aku tenggelam dan meninggal, berarti aku akan berjumpa dengan suamiku yang sudah menanti di surga. Bukankah keduanya sama-sama menguntungkan ?"
Saya yakin Anda tidak pernah mengeluh, Karena Anda tahu bahwa saat kita mengeluh, saat itu pula kita sedang memperlihatkan kualitas rendah diri kita. Merujuk pada hukum tarik menarik (Law of Attraction), saat kita mengeluh perasaan akan menjadi buruk dan itu berarti kita sedang mengundang orang-orang dan situasi yang buruk hadir dalam kehidupan kita. Begitu juga sebaliknya, saat kita bersyukur perasaan kita akan terasa nyaman atau baik. Dan itu akan menarik orang-orang dan situasi yang baik pula. Dalam kehidupan nyata, kita tidak selalu bisa mengubah situasi menjadi seperti yang kita inginkan, tetapi kita selalu bisa mengubah cara pandang kita menjadi seperti yang kita inginkan. You are what you think.

0 komentar:

Posting Komentar